Maulwi Saelan, Si Benteng Beton Skuat Timnas Indonesia

Dibesarkan dari keluarga dengan karakter nasionalisme yang tinggi  membuat Maulwi Saelan mencurahkan seluruh hidupnya untuk Indonesia. Dari angkat senjata hingga bersimbah peluh di ajang Asian Games juga Olimpiade pernah dirasakan pria asal Makassar tersebut.

Tumbuh dan berkembang dibawah asuhan sang ayah yakni Amir Saelan, tokoh pendiri Taman Siswa Makassar, Maulwi dididik menjadi sosok yang mempunyai jiwa nasionalisme tinggi. Selain memang aktif dalam dunia olahraga, pada masa revolusi kemerdekaan, eks pemain PSM Makassar tersebut juga sudah angkat senjata sejak bangku Sekolah Dasar.

Di ranah sepak bola Indonesia era 50-an, nama Maulwi Saelan dikenal sebagai kiper yang tangguh pada masanya. Pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan pada 8 Agustus 1928 tersebut tercatat pernah membela tim nasional Merah-Putih pada periode 1954-1958.

Semasa masih kecil, Maulwi memang bercita-cita membela Indonesia di kancah dunia olahraga khususnya pesta internasional. Salah satu alasan yang ia menjadi motivasi besarnya saat adalah saat mendengar kisah heroik Jesse Owens, pelari asala Amerika Serikat di Olimpiade Berlin 1936.

“Ini gara-gara saya terpukau kejayaan pelari Jesse Owens yang berhasil memborong emas dalam Olimpiade Berlin tahun 1936,” kenang Maulwi seperti dikutip buku Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66: Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa.

Salah satu pertandingan yang menjadi memori tersendiri bagi Maulwi adalah ketika Indonesia berhasil menahan imbang Uni Soviet yang kala itu merupakan tim terkuat di dunia. 17 November 1956 saat di babak perempat final Olimpiade Melbourne, ia berhasil menahan gempuran para pemain kelas wahid seperti Igor Netto, Boris Tatushin hingga berjabat tangan dengan kiper legendaris, Lev Yashin.

“Saya ditunjuk ditunjuk mempertahankan gawang kesebelasan Indonesia pada pertandingan bola Olimpiade XVI di Melbourne, Australia,” ujar Maulwi.

“Saya jatuh bangun menahan gelombang serbuan Beruang Merah. Pokoknya kami bertekad tidak menyerah. Waktu itu masih belum ada peraturan, kalau hasil pertandingan draw harus dilakukan sudden death atau adu penalti,” tutur Maulwi

Namun di babak replay, Indonesia asuhan Tony Pogacnik tidak lagi mampu menahan serangan Uni Soviet. Maulwi Saelan harus bertekuk lutut kala tim Beruang Merah mengoyak jala gawangnya empat gol tanpa balas.

Prestasi Maulwi di rumput hijau pun terbilang mengkilap pada masanya. Pemain yang mengawali karirnya di sepak bola justru sebagai seorang bek tengah tersebut pernah mengantar Indonesia menembus empat besar Asian Games 1954 dan meraih medali perunggu di Asian Games 1958 Jepang yang merupakan raihan terbaik skuat Merah-Putih hingga detik ini.

Aksi heroik Maulwi di kancah Asian Games dan Olimpiade sampai di telinga Presiden Soekarno. Sang Pemimpin Besar Revolusi pun menarik kiper yang dijuluki Si Benteng Beton tersebut menjadi anggota Resimen Tjakrabirawa pada 1962 hingga menjadi ajudan pribadi saat 1966.

Maulwi Saelan juga tercatat pernah menjadi Ketua Umum PSSI periode 1964-1967. Saat mas-masa senjanya dirinya masih melanjutkan sumbangsihnya untuk Indonesia lewat dunia pendidikan dengan menjadi Ketua Yayasan Syifa Budi atau yang lebih dikenal dengan Al-Ahzar Kemang. Sesekali ia juga masih menjadi pembicara dalam diskusi sepak bola dan sejarah.

Kini tepat pada Senin (10/10), Maulwi Saelan telah berpulang ke Rahmatullah di usia 90 tahun setelah sempat mendapat perawatan di RSPP. Rencananya jenazah almarhum akan disemayamkan di TPU Kalibata pada Selasa (11/10) siang WIB.

Author: Bolanesia