Pasca kembalinya Djadjang Nurdjaman, Persib Bandung masih mencari bentuk permainannya lagi. Berikut lima pekerjaan rumah yang menjadi beban bagi sang pelatih setelah era Dejan Antonic berakhir.
Bolanesia.id kali ini menjabarkan pekerjaan rumah yang masih menjadi tanggungan Djanur, sapaan akrab Djadjang Nurdjaman setelah era pelatih sebelumnya yakni Dejan Antonic berakhir. Dari faktor teknis dan non-teknis menjadi hal yang patut diperhatikan Maung Bandung selama gelaran TSC 2016 berlangsung.
1. Gerbong Trio Eks Pemain PBR
Saat pertama kali didapuk untuk melatih Persib, Dejan Antonic membawa pemain-pemain kesayangannya saat masih membesut Persipasi Bandung Raya. Tercatat tiga pemain yakni Kim Kurniawan, David Laly dan Rachmat Hidayat memilih mengenakan seragam Maung Bandung mengikuti jejak bosnya tersebut.
Ekspektasi besar pun bermunculan perihal bergabungnya gerbong pemain PBR yang dibawa Dejan Antonic ke Persib. Ketiganya diberi beban menggantikan pemain-pemain bintang Maung Bandung di lini tengah yang sudah angkat kaki seperti Firman Utina juga Makan Konate.
Namun kenyataan berkata lain, pemain muda yang diproyeksikan menjadi bintang seperti Rachmat Hidayat justru meredup karena cedera yang sempat menimpanya. Ketika dirinya sudah dalam keadaan stabil, stok gelandang Persib pun kian penuh dengan kehadiran pemain bintang seperti Robertino Pugliara.
Hal yang sama pun menimpa Kim Kurniawan. Performa pemain berdarah Tinghoa-Jerman itu bahkan cenderung tidak konsisten dan sempat menimbulkan pro kontra di kalangan Bobotoh, suporter Persib. Beruntung bagi David Laly, meski kerap turun dari bangku cadangan, performa winger asal Papua itu terbilang lumayan demi menambah kreasi serangan tim.
Tentunya, penjabaran di atas menjadi pekerjaan yang harus siap ditanggung Djanur saat ini. Dirinya yang merupakan tipe pelatih dengan gaya permainan menyerang tentunya butuh naluri dan darah muda para pemain potensial seperti David Laly, Rachmat Hidayat dan Kim Kurniawan. Tanpa melupakan peran Atep juga Hariono, trio eks pemain PBR itu rasanya perlu dicoba turun secara bersamaan dengan filosofi sepak bola ala Djadjang Nurdjaman.
“Di tengah gelaran TSC 2016 ini, saya akan memaksimalkan seluruh kekuatan skuat yang ada meski harus diakui waktunya memang mepet. Tentang pemain bawaan Dejan Antonic tak ada masalah karena selalu ada kesempatan untuk semuanya,” urai Djanur seperti dilansir dari situs resmi klub.
2. Adaptasi Yanto Basna di Lini Belakang Persib
Bergabunya Yanto Basna di Persib merupakan pilihan tersendiri dari Dejan Antonic. Performa sang pemain yang mengkilap bersama Mitra Kukar di gelaran Piala Jenderal Sudirman membuat manajemen Maung Bandung rela melobi sang pemain dengan susah payah yang berujung merapatnya bek berusia 21 tahun itu ke Kota Kembang.
Namun, nasib Basna di Persib saat di era Dejan Antonic berkata lain. Sang pemain dipaksakan bermain bukan di posisi aslinya yakni stoper dan digeser menjadi bek sayap kanan.
Hasilnya jauh dari kata memuaskan, nama Basna meredup di atas lapangan dimana sama sekali tidak mampu memperlihatkan permainan maksimalnya sewaktu masih membela Mitra Kukar. Pemain yang juga mahasiswa aktif dari Universitas Negeri Yogyakarta itu bahkan sempat menjadi langganan bangku cadangan karena dinilai kalah bersaing dengan Tony Sucipto, Purwaka Yudi ataupun Dias Angga.
Kini berakhirnya era Dejan Antonic dirasa menjadi angin surga bagi Basna bersama Persib. Djanur pun merasa sang pemain harus segera kembali ke posisi aslinya yakni stopper. Posturnya yang ideal dan gaya permainan yang cukup lugas khas pemain Indonesia Timur menjadi kekuatan tambahan dan rasa aman bagi para rekan-rekannya seperti Vladimir Vujovic hingga kiper I Made Wirawan ataupun M. Natshir.
“Debut” Basna menjalani posisi stopper di Persib pun berjalan cukup manis saat bertemu Persija pada pekan lalu. Menghadapi lawan yang seimbang yakni sekelas Bambang Pamungkas, sang bek mampu tampil disipilin dan membalas kepercayaan Djanur dengan performa positif.
“Dia (Yanto) pemai belakang yang bagus tapi tidak untuk ada di bek kanan, seharusnya ada pada posisi stopper. Di Persib, saya akan mengembalikannya ke tempat ia semula seperti saat membela Mitra Kukar,” ujar Djanur
3. Mengasah Naluri Gol Samsul Arif
Tentu banyak yang tidak meragukan bahwa Samsul Arif adalah salah satu penyerang terbaik di Indonesia saat ini. Sang pemain punya gaya permainan yang lengkap dengan kedua kakinya yang sama hidup serta mempunyai kecepatan di atas rata-rata.
Bergabungnya Samsul Arif dari Arema Cronus sempat dirasa sebagai salah satu pembelian tersukses Persib dalam kurun lima tahun terakhir. Performanya pun terbilang memuskan pada gelaran turnamen seperti Bali Island Cup 2016 dan Piala Bhayangkara dimana dirinya mencatatkan diri sebagai top skor.
Namun, saat memasuki gelaran TSC 2016 performa Samsul Arif bisa dikatakan jauh dari kata memuaskan. Sang penyerang seperti kehilangan arah dalam mengasah naluri golnya yang sempat ia tunjukan saat masih berseragam Persibo Bojonegoro juga Arema Cronus.
Apa daya di ajang yang sesungguhnya menjadi pembuktian bagi Samsul Arif, dirinya justru tenggelam bersama penuhnya gudang lini depan Persib. Nama-nama seperti Juan Belencoso, Sergio van Dijk yang merupakan tipe penyerang murni membuat pemain kelahiran Bojenegoro itu kesulitan mengembangkan permainannya.
Entah apakah Djanur mampu menuntaskan perkerjaan rumah untuk lini depannya khususnya tentang Samsul Arif. Bahkan saat laga krusial kontra Persija pada pekan lalu nama sang pemain tak turut dimasukan ke dalam daftar susunan pemain karena dinilai kalah bersaing dengan Tantan yang notabene punya keahlian lebih menempati posisi winger.
“Pasti ada alasan. Tidak mungkin tanpa ada alasan. Kami ada pertimbangan dengan melihat banyak pemain depan, Tantan dan David Laly pun punya kelebihan,” ucap Djanur perihal kondisi Samsul Arif di Persib.
Meski demikian, kesempatan tentu patut diberikan Djanur untuk Samsul Arif. Kehadiran pemain berusia 31 tahun dan kepercayaan yang diberikan pelatih dirasa akan menjadi obat mujarab untuk skuat Maung Bandung demi meraih hasil positif seperti saat dirinya mencetak gol ke gawang Persipura, Kamis (21/7).
4. Mengulang Romantisme Zulham Zamrun dan Sergio van Dijk
Zulham Zamrun dan Sergio van Dijk termasuk pemain yang telat masuk pada awal era Dejan Antonic. Keduanya memamg mendapat porsi kepercayaan lebih dari manajemen klub dalam hal ini Manajer Persib, Umuh Muchtar.
Di atas lapangan, Dejan Antonic cukup grogi dengan aksi kedua pemain yang dnilai bukan termasuk daftar keinginannya tersebut. Trauma cedera Zulham Zamrun dan masih proses adaptasi kembali pemain yang membawa Persib juara Piala Presiden 2015 itu justru menjadi salah satu problem yang sulit dipecahkan.
Hal yang sama menimpa Van Dijk. Mempunyai tipe sama persis dengan Juan Belencoso serta ditambah kehadiran Samsul Arif, pemain berkepala plontos itu masih gagap dalam menempatkan posisi sentralnya di lini depan Maung Bandung berbeda saat ia gabung pertama ke Maung Bandung pada periode 2013-2014 dengan raihan 21 gol dari 28 laga.
Hasilnya terlihat saat laga kontra PSM juga Persija. Meski penampilan Persib secara efektivitas permainan kian membaik, keduanya masih belum mampu menunjukkan performa lebihnya sebagai pemain dengan level timnas Indonesia di atas lapangan.
Sebelumnya Van Dijk pernah menyatakan dirinya lebih enjoy bermain di bawah arahan Djanur. Sang pemain bernomor punggung 33 itu berjanji akan memberikan performa terbaiknya kembali di atas lapangan.
“Gaya kepelatihan coach Djadjang sangat enjoy tidak ada tekanan besar yang menimpa pemain, kompak juga nyaman. Saya paham dengan keinginan pelatih di atas lapangan meski harus sedikit beradaptasi lagi,” terang Van Dijk.
5. Ekspektasi Bobotoh Persib
Hengkangnya Dejan Antonic memang menjadi kabar gembira untuk Bobotoh, suporter Persib. Seperti diketahuii, gaya permainan pelatih asal Serbia itu dinilai mereka tidak sesuai dengan filosofi sepak bola Maung Bandung. Alhasil kekalahan dari Bhayangkara Surabaya United (BSU) dengan skor 1-4 menjadi titik didih yang tak bisa dihindarkanlagi.
Datangnya Djanur tentu menjadi harapan baru bagi Bobotoh setelah Dejan Antonic angkat kaki. Sejarah pelatih berusia 63 tahun itu bersama Maung Bandung saat menjadi pemain juga asisten pelatih dimana mampu membawa trofi juara Liga Indonesia ke Kota Kembang tentu menjadi catatan tersendiri.
Bedanya saat ini, beban Djanur akan bertambah berat dengan ekspektasi besar yang bisa berkali lipat dari Bobotoh untuk dirinya. Belum laga tuntutan dari manajemen yang tentunya menjadi tolak ukur bagi para pendukung setia Maung Bandung.
Bahkan Bobotoh yakin Djanur mampu membawa perubahan besar untuk Persib. Ilmu kepelatihan sang juru taktik saat di Italia dirasa mampu menjadi amunisi tambahan untuk Atep dan kawan-kawan.
“Terima kasih atas dukungannya yang tidak pernah berhenti. Ibarat seorang prajurit, saya siap kapanpun demi Persib,” ucap Djanur saat momen kembalinya ia membesut skuat Maung Bandung.