Kuartet Gelandang Asing Debutan Mulai Bersinar di Kancah TSC 2016

Hadirnya gelandang-gelandang asing berkualitas mulai mewarnai kancah putaran kedua TSC 2016. Kini nama-nama seperti Flavio Beck Junior, Ricardinho, Lee Gil-hoon serta Wiljan Jam Pluim diramal akan menjadi idola baru bagi para suporter di kancah persepakbolaan nasional.

1.Flavio Beck Junior (PBFC)

Di akhir putaran pertama TSC 2016, PBFC membuat keputusan mengejutkan dengan mendepak salah satu pemain mereka, Tarik Boschetti. Tak heran, banyak yang menyayangkan keputusan manajemen dan tim pelatih tidak lagi menggunakan jasa gelandang asal Brasil yang membawa Pesut Etam meraih Piala Gubernur Kalimantan Timur tersebut.

Namun, pelatih PBFC yakni Dragan Djukanovic mempunyai alasan kuat perihal hengkangnya Tarik Boschetti dari Samarinda. Menurut sang juru taktik, dirinya sudah punya pemain yang lebih disesuaikan dengan kebutuhan tim yakni Flavio Beck Junior yang sudah lama ia kenal semasa membesut Lovren FC.

“PBFC adalah klub yang besar dan salah satu faktornya adalah karena Coach Dragan juga yang sudah dikenalnya sebelumnya,” ujar Flavio Beck perihal hubungan eratnya dengan sang pelatih.

Pilihan Djukanovic terbukti ampuh, Flavio Beck Junior kini menjadi roh baru kekuatan PBFC di putaran kedua TSC 2016. Meski baru merasakan atmoser kompetisi sepak bola Indonesia, dirinya tak canggung dengan rekan-rekan barunya dan mampu menjalin chemistry dengan sangat baik di sektor lini tengah Pesut Etam.

Nama Flavio Beck Junior sepertinya memang akan terus mendapat kepercayaan penuh dari Djukanovic demi memperdalam kekuatan PBFC. Kemampuannya dalam menjaga transisi permainan dari menyerang ke bertahan dirasa menjadi nilai lebih yang diperlukan Pesut Etam yang terkenal dengan pemain-pemain yang mempunyai kecepatan di atas rata-rata seperti Terens Puhiri, Jefri Kurniawan juga Lerby Eliandry.

2. Ricardinho (Persipura)

Kebangkitan Persipura tidak lepas dari kedatangan sosok baru di bangku kepelatihan yakni Alfredo Vera yang menggantikan Jafri Sastra. Kedatangan beberapa pemain seperti kembalinya gelandang senior seperti Imanuel Wanggai dirasa juga menjadi titik cerah untuk Mutiara Hitam saat ini.

Namun, keputusan manajemen merekrut gelandang stylish seperti Ricardinho menjadi keputusan yang patut diacungi jempol. Gaya permainan indah dan cepat ala Persipura mampu diterjemahkan dengan baik oleh pemain asal Brasil tersebut.

“Ya semua bisa lihat, dia mengatur tempo permainan bagus, bisa memberikan umpan kedepan sehingga ada peluang gol. Dia cepat adaptasi dengan pemain Persipura karena dia tipe pemain yang pantas untuk bermain di sini,” ucap Alfredo Vera ketika pertama kali melihat debut Ricardinho.

Perekrutan Ricardinho yang merupakan rekomendasi dari Alfredo Vera pun terbukti ampuh. Dari lima laga yang ia jalani bersama Mutiara Hitam sejauh ini, eks penggawa Sao Paulo itu mampu mencatatkan satu gol dan dua assist untuk Persipura.

Kerinduan para pendukung Persipura akan hadirnya sosok pemain berteknik tinggi yang mampu menjadi pelayan untuk para pemain bertipe cepat seperti Boaz, Ferinando Pahabol, Lukas Mandowen ataupun Marinus Mariyanto nampaknya menjadi alasan besar Ricardinho mampu menjadi ikon Mutiara Hitam untuk laga-laga ke depan.

3. Lee Gil-hoon (Semen Padang)

Perlahan tapi pasti, invasi pemain-pemain Korea Selatan ke ranah sepak bola Indonesia terus berjalan tanpa henti. Tipe kelas pekerja yang dimiliki pemain-pemain dari Negeri Gingseng tersebut menjadi faktor utama banyak manajamemen dan pelatih di Tanah Air tertarik menggunakan jasa mereka.

Salah satu pemain Korsel yang mendarat di putaran kedua TSC 2016 ini tak lain adalah Lee Gil-hoon. Pemain berusia 33 tahun itu didapuk untuk menjadi darah baru di lini tengah skuat Kabau Sirah menggantikan Mekan Nasyrov yang didepak.

“Ada persamaan karakter yang dimiliki para pesepakbola Korea Selatan seperti Lee. Mereka semua pemain dengan kerja keras dan sangat profesional baik di dalam dan luar lapangan. Kerja keras Lee terbayar dan saya yakin ia akan menjadi kunci sukses Semen Padang,” ucap sang agen pemain, Gabriel Budi Liminto.

Tak perlu waktu lama bagi Lee Gil-hoon menunjukkan kualitas yang dimilikinya. Karakter pemain Korsel yang punya tingkat profesionalitas tinggi baik di dalam juga luar lapangan menjadi bukti sang pemain mampu menjadi titik kekuatan sentral untuk tim asuhan Nil Maizar tersebut.

Bersama Irsyad Maulana juga Riko Simanjuntak, dua penggawa lokal Semen Padang yang selalu menjadi andalan Nil Maizar, Lee Gil-hoon dinilai mampu menjaga transisi permainan tim dari menyerang ke bertahan. Statistiknya pun mengkilap saat ia sudah mampu mencetak satu gol untuk Kabau Sirah meski dua kartu kuning ia terima dari empat laga berkat daya juangnya yang cukup mobile di sektor tengah tim.

4. Willem Jan Pluim (PSM Makassar)

Willem Jam Pluim adalah salah satu dari empat pemain sebagai kado khusus yang diberikan manajemen PSM untuk pelatih Rene Alberts. Seperti diketahui, sejak awal dirinya didapuk menggantikan Luciano Leandro, juru taktik asal Belanda itu menegaskan butuh sosok legiun asing yang berkualitas di atas rata-rata.

Di awal kedatangannya, pemain asal Belanda itu terlihat masih mencari adaptasinya mencicipi kerasnya persaingan di sepak bola Indonesia. Posturnya yang tinggi besar tak jarang menyulitkan dirinya berduel dengan pemain-pemain dari Indonesia yang cenderung mungil dan memiliki kecepatan tinggi dan sempat membuat Rene Alberts kecewa.

“Lihat sendiri kan pemain asing kami sekarang jauh lebih bagus daripada yang dulu. Bahkan mereka lebih murah dibandingkan dengan legiun-legiun asing yang dulu, Kalau kami kombinasikan para pemain di sektor depan, maka kami pasti akan tambah kuat dan tajam,” ucap Rene Alberts.

Lambat laun, performa Willem Jan Pluim mulai terbukti ampuh bersama tim Juku Eja hingga menjadi idola baru suporter klub asal Kota Daeng tersebut. Mendapat kawalan dari Rizky Pellu, Rasyid Bakrie serta nama-nama gelandang lokal lain, gelandang asal Negeri Kincir Angin itu kian menunjukkan kinerja terbaiknya bersama PSM.

Postur fisiknya yang tinggi besar kini bisa ia maksimalkan untuk menjaga daya serang PSM. Tak heran, dirinya sering menyelinap dari lini kedua dan seringkali dijatuhkan pemain lawan yang berujung keuntungan Juku Eja dalam memaksimalkan bola mati.

Author: Bolanesia