Liga Indonesia 2004 adalah salah satu gelaran kompetisi di Indonesia yang paling menarik dan tentunya panas. Bagaimana tidak, di laga perdana saja sudah banyak terjadi kericuhan. Soal kericuhan di laga perdana itu, yang paling menghebohkan terjadi dalam pertandingan Persija Jakarta kontra Persita Tangerang.
Dalam laga yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 4 Januari 2004 itu, adu jotos mewarnai berakhirnya laga. Bukan hanya pemain, namun ofisial, dan beberapa penonton terlibat saling pukul di dalam lapangan.
Sejak menit pertama, laga sebenarnya berlangsung menarik dan seru. Persita sebagai tim tamu kala itu mampu unggul dua gol terlebih dahulu melalui Ilham Jayakesuma pada menit ke-21 dan 56. Persija yang tampil di depan puluhan ribu Jakmania itu pun tak ingin menelan kekalahan.
Hasilnya pada menit ke-60, striker asing Persija Jakarta, Emanuel de Porras mampu memperkecil kedudukan. Gol ini pun menambah asa Macan Kemayoran dan membangkitkan semangat Ismed Sofyan dan kawan-kawan.
Saat kemenangan Persita tinggal menunggu hitungan detik, pada menit injury time kemenangan itu harus pupus setelah Budi Sudarsono mampu mencetak gol penyama kedudukan. Sorak sorai kegembiraan Jakmania pun pecah seketika di SUGBK.
Namun pasca pertandingan usai, panasnya laga tak surut juga dan bahkan akhirnya memicu kericuhan. Menurut wasit Alil Rinenggo yang memimpin jalannya laga, kericuhan diawali ketika pemain asing Persita, Jorge Toledo tersulut emosi dan kemudian memukul bek Persija, Ismed Sofyan. Perkelahian antara kedua pemain itu pun tak dapat dihindarkan.
Budi Sudarsono yang mencoba merelai perkelahian kedua pemain tersebut justru kemudian ikut terlibat dalam perkelahian setelah dirinya dipukul oleh penjaga gawang Persita, Ahmad Kurniawan. Tak pelak, perkelahian antara empat pemain itu turut mengundang emosi dari kedua kesebelasan.
Hampir seluruh pemain dari kedua kesebelasan terlibat baku hantam di tengah lapangan, begitu pula dengan beberapa ofisial tim yang ikut serta. Tak hanya sampai di situ, beberapa suporter Persija pun turun memasuki lapangan dan terlibat baku pukul. Situasi ricuh tak bisa terhindarkan hingga aparat keamanan turun tangan melerai kedua kubu dan mengendalikan situasi.
Namun kericuhan tak surut sampai di situ, ketika tim Persita berlarian menuju ruang ganti, mereka dilempari botol minum oleh para suporter tuan rumah yang berada di tribun barat SUGBK. Tak hanya itu, ketika La Viola sudah sampai di ruang ganti, mereka dihampiri para pemain dan ofisial Persija yang masih tersulut emosi.
Namun akhirnya, pihak aparat keamanan berhasil mengagalkan baku hantam kembali terjadi. Tercatat dari kericuhan tersebut, beberapa suporter mengalami luka-luka, begitu pula dengan pihak aparat keamanan yang tercatat ada lima orang yang mengalami luka-luka. Selain itu, ada empat mobil (dua di antaranya milik kepolisian) yang mengalami kerusakan.
Berkat kericuhan itu, pemain Persita yakni Jorge Toledo mendapatkan sanksi skorsing empat tahun dan dijatuhi denda 20 juta rupiah oleh Komisi Disiplin PSSI. Namun akibat kericuhan itu tak ada larangan bertanding tanpa penonton yang diberikan oleh Komisi Disiplin PSSI kepada Persija.