Dahaga 26 tahun tanpa gelar juara dari PSM Ujungpandang akhirnya terbayarkan pada 29 Februari 1992 di Stadion Utama Senayan. Gol dari Mustari Ato ke gawang PSMS Medan membuat tim Juku Eja berpesta di ibu kota dan menggondol Piala Presiden.
Momen Perserikatan 1991/1992 rasanya hingga kini masih begitu dirindukan oleh publik sepak bola Sulawesi Selatan khususnya Makassar hingga saat ini. Seperti diketahui, pada 29 Februari 1992, anak asuh Syamsudin Umar mampu melaju ke partai puncak untuk menantang tim kuat dari Sumatera Utara, PSMS Medan.
Perjalanan PSM menuju tangga juara sendiri bukannya tanpa cobaan terjal. Pada laga perdana di Wilayah Timur, Ansar Abdullah dan kawan-kawan dipermak Persebaya Surabaya dengan skor telak 0-3 hingga berlanjut dibekuk Persema Malang, 0-1. Namun perlahan, Juku Eja mampu memperbaiki performanya saat putaran kedua hingga meloloskan mereka ke babak Enam Besar yang berlangsung di Senayan.
Tergabung di Grup B, PSM hanya mampu meraih dua poin kala bermain imbang 0-0 dengan Persegres dan 1-1 kontra PSMS. Namun, dewi fortuna selalu menaungi Juku Eja hingga meloloskan mereka bersama PSMS untuk berhadapan dengan Persib Bandung di semifinal.
Pada laga semifinal yang berlangsung 27 Februari 1992. PSM mampu menghempaskan Persib, tim bertabur bintang yang dijagokan sejak awal kompetisi. Saat itu, Juku Eja mampu membungkam Robby Darwis dan kawan-kawan dengan skor tipis 2-1 lewat lesakan gol sang kapten yakni Alimuddin Usman dan Kaharudin.
Hingga di partai puncak, Alimudin Usman dan kawan-kawan ditantang PSMS yang saat semifinal menghempaskan Persebaya Surabaya. Euforia pun menjalar hingga Sulawesi Selatan terbukti dengan hadirnya pejabat-pejabat Kota Daeng ke Stadion Utama Senayan pada 29 Februari 1992.
Disaksikan sekitar 80 ribu penonton dimana 20 ribu diantaranya adalah suporternya sendiri, PSM tampil sangat percaya diri sejak awal laga. Erwin Wijaya dan Kaharudin menjadi andalan Syamsudin Umar untuk menggetarkan jala gawang PSMS yang dikawal Sisgiardi.
Gol yang ditunggu 20 ribu suporter PSM di Stadion Utama Senayan termasuk Suwahyo (Walikota Ujungpandang) dan H Eteng Arifin (Wakil Gubernur Sulawesi Selatan) akhirnya tercipta di menit ke-13.
Sang pencetak gol PSM justru hadir dari pemain belakang mereka yakni Jeffry Dien. Melihat lubang pertahanan PSMS yang kosong, ia tanpa ragu melepaskan tendangan keras sekitar 18 meter dari sisi kanan pertahanan lawan yang membuat Sirigianda memungut bola dari gawangnya. Papan skor Stadion Utama Senayan berubah menjadi 1-0 untuk Juku Eja.
PSMS hampir saja membuat Stadion Utama kembali bergemuruh di menit ke-31. Namun sayang tendangan penalti dari pemain tengah Laskar Ayam Kinantan yakni Suharto AD yang kini membesut PS TNI di TSC 2016 masih melenceng dari gawang PSM yang dikawal Ansar Abdullah. Hingga turun minum, skor masih tetap 1-0.
Pada babak kedua, intensitas serangan dari kedua tim kian menanjak. PSMS yang masih tertinggal lebih bernafsu mencetak gol dengan mengandalkan kolaborasi pemain teras mereka seperti Abdul Rachman, Bambang Usmanto dan Witya Pusen.
Hasil positif untuk PSMS tercipta di menit ke-62. Tim asuhan Wibisono dan Ismail Ruslan itu mampu menyamakan kedudukan lewat gol yang diciptakan oleh Azwardin Lubis.
Hingga waktu normal selama 90 menit, skor tetap tidak berubah, 1-1. Wasit Teddy Wijaya pun melanjutkan partai puncak antara PSM vs PSMS itu hingga keb babak perpanjangan waktu.
Memasuki babak perpanjangan waktu, pelatih PSM yakni Syamsudin Umar melakukan sedikit perjudian. Sang juru taktik memilih untuk menarik Erwin Wijaya dan memasukkan darah baru, Mustari Ato.
Kejelian Syamsudin Umar pun berbuah manis. Baru dua menit mengijak rumput lapangan, Mustari Ato sukses menaklukan Sisgiardi lewat golnya hingga membuat PSM unggul dengan skor 2-1. Hingga 120 menit usai, kedudukan tetap tidak berubah untuk Juku Eja yang membuat mereka berhak menggondol Piala Presiden sebagai lambang supremasi tertinggi sepak bola Indonesia saat itu.
Susunan Pemain:
PSM: Ansar Abdullah, Baham Muharam, M Ajis Muin, Anwar Liko, Jefrry Dien, Aji Lestaluhu, Yusrifar Jafar, Hassanudin/Arman Dadi, Alimudin Usman, Erwin Wijaya/Mustari Ato, Kaharudin
PSMS: Sisgiardi, Supianto, Sumardi, Ramli Lubis, Andreas, Eddy Suryanto/Edwin Dayd, Azwardin Lubis, Suharto AD, Abdul Rachman, Bambang Usmanto, Witya Pusen