Kualitas dan reputasi pelatih asal Brasil masih dan akan terus diakui di dunia persepakbolaan Indonesia. Kini, Bolanesia.id akan coba membedah karakter juru taktik asal Negeri Samba yang menukangi beberapa klub TSC 2016.
Brasil, sebuah negara yang identik dengan sepak bola tidak hanya menelurkan pemain-pemain namun pelatih jempolan tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia. Tercatat di Tanah Air, ada nama seperti Jacksen F Tiago yang paling sukses membawa harum nama Negeri Samba di kancah dunia kulit bundar nasional.
Kini, tongkat estafet kesuksesan Jacksen akan coba dilanjutkan beberapa koleganya di gelaran TSC 2016. Di pos juru taktik terdapat nama-nama seperti Gomes de Oliviera (Madura United), Paulo Camargo (Persija Jakarta) dan Jaino Matos (Persiba Balikpapan).
Walaupun, TSC 2016 baru memasuki pekan ke-13, karakter tiga pelatih asal Brasil itu mulai terlihat di tim asuhannya. Baik Gomes de Oliviera, Camargo ataupun Jaino Matos ternyata memang mempunyai kadar kualitas hingga tingkat kejeniusan yang berpengaruh pada performa anak asuhnya di atas lapangan.
1. Gomes de Olivera (Madura United)
Madura United menjadi salah satu klub yang mempunyai tingkat kekuatan finansial yang cukup bak. Di bawah arahan sang presiden yakni Achsanul Qoasasi yang memang terkenal fanatik dunia kulit bundar, Laskar Sape Kerrab disulap menjadi tim yang mampu menjadi ganjalan untuk klub-klub besar.
Keseriusan Madura United sebagai klub yang terbilang baru lahir patut diberi apresiasi positif. Pihak manajemen Laskar Sape Kerrab langsung memilih pelatih asal Brasil, Gomes de Oliviera sekitar Februari 2016 yang lalu.
Gomes pun memang sudah tidak asing dengan dunia sepak bola Indonesia. Pelatih berusia 53 tahun itu pernah membidani Persebaya Surabaya sebagai asisten pelatih hingga mengarsiteki Perseru Serui, Persiwa Wamena, Persela Lamongan juga Persiram Raja Ampat.
Kondisi finansial Madura United yang bagus cukup membantu transformasi karakter Gomes di atas lapangan. Nama-nama teras dihadirkan seperti Fabiano Beltrame, Erick Weeks juga Pablo Aracil ditambah deretan penggawa lokal seperti Achmad Maulana Putra, Bayu Gatra juga Slamet Nurcahyo.
Track record Gomes yang pernah berkarir sebagai pemain sepak bola dengan posisi gelandang memang menjadi salah satu faktor kekuatan Madura United. Saat membawa timnya menjadi finalis Piala Gubernur Kaltim, Laskar Sape Kerrab memang terkenal sangat kuat di lini tengah dengan nama-nama Engelberd Sani, Achmad Maulana Putra, Asep Berlian ataupun Toni Mossi yang kini posisinya sudah digantikan Erick Weeks.
Konsistensi pun menular hingga gelaran TSC 2016. Kedatangan Bayu Gatra yang eksplosif di lini tengah dan depan menjadi amunisi berharga bagi Laskar Sape Kerrab. Begitu juga dengan hadirnya pemain stylish seperti Erick Weeks dari Liberia juga Dane Milovanovic (Serbia-Australia) yang menerjemahkan aroma permainan Negeri Samba dari Gomes ke komposisi skuatnya.
Kuatnya lini tengah pun menjalar hingga produktivitas sektor penyerang Madura United. Pemain senior seperti Slamet Nurcahyo seperti mendapatkan jodohnya saat bertandem dengan bomber yang mematikan di depan gawang lawan seperti Pablo Rodriguez yang kini sudah mencatatkan 10 gol.
Performa Madura United asuhan Gomes di gelaran TSC 2016 memang bukannya tanpa cela. Pelajaran berharga mereka dapatkan kala harus dibekuk Sriwijaya FC dengan skor telak 0-5 (15/5) namun hal tersebut justru menjadi pemicu Laskar Sape Kerrab hingga dalam sembilan laga selanjutnya mereka tidak mampu terkalahkan.
Dengan torehan 20 gol dari 13 laga, secara umum Gomes memang sudah mampu menerapkan ramuannya jitu untuk anak asuhnya di atas lapangan. Dari sisi akurasi operan yang mencapai 78 persen dan tembakan gawang mencapai 53 kesempatan, tentu karakter sang pelatih bisa terus berkembang pada gelaran TSC 2016 hingga mempertahankan posisi Laskar Sape Kerrab di puncak klasemen.
2. Paulo Camargo (Persija Jakarta)
Di awal kedatangannya, Camargo tak takut berjanji akan mengandalkan pemain-pemain muda lokal yang dimiliki Persija. Karakter sang pelatih yang memang lama berkiprah di program sepak bola usia muda seperti saat di Sao Paulo Junior memang menjadi garansi lebih saat itu.
Nama-nama idola baru Persija pun bermunculan. Tercatat Abrizal Umanailo, Andik Rendika Rama, Syahroni hingga Novri Setiawan disulap menjadi deretan generasi baru Macan Kemayoran hingga berujung pemanggilan mereka untuk seleksi skuat senior tim nasional Indonesia.
Debut Camargo bersama Persija berjalan manis. Saat itu, sang juru taktik sukses menampilkan penampilan menyerang untuk anak asuhnya di markas Persipura Jayapura dimana skor berakhir imbang. Ekspektasi Jakmania, suporter Macan Kemayoran melambung tinggi disusul kemenangan Macan Kemayoran atas Semen Padang dan Persela Lamongan.
Namun, permainan Persija mulia mengendur sejak kekalahan mereka dari Barito Putera (29/5). Permainan bertahan ala Camargo mulai dibedah kelemahannya oleh tim lawan ditambah melepemnya kualitas pemain asing khususnya di lini depan yang membuat sang pelatih harus berpikir keras untuk menerapkan inovasi tinggi untuk anak asuhnya.
Reputasi Camargo yang merupakan pelatih asal Brasil dengan karakter menyerang belum terlihat saat ini. Bisa dikatakan, barisan pemain belakang Macan Kemayoran justru tampil lebih mengkilap dibanding rekan-rekan mereka di pos penyerangan yang berujung monotonnya penampilan Bambang Pamungkas dan kawan-kawan.
Alhasil, kesulitan mendera Camargo saat ini. Pencoretan Jose Guerra, penyerang asal Kolombia membuatnya tak segan mengakui dirinya saat ini membutuhkan sosok pemain asing khususnya di sektor tengah dan lini depan.
Dari 13 laga, Persija hanya memasukkan lima gol dan kemasukan 14. Tentunya hal tersebut menjadi bahan evaluasi besar melihat karakter Camargo yang pernah membawa Persibo Bojenegoro menjuarai Piala Indonesia 2012.
Total tembakan ke arah gawang dari Persija yang hanya mencapai 32 kesempatan hingga akurasi operan hingga 77 persen tentunya bisa menjadi bukti kesulitan Camargo. Kehadiran pemain senior seperti Bambang Pamungkas dan Ismed Sofyan sepertinya memang belum cukup membantu jika Macan Kemayoran masih terkesan naif dalam mengatur tempo serangan dengan hanya menitikberatkan beban ke pemain muda seperti Abrizal juga Novri Setiawan.
3. Jaino Matos (Persiba Balikpapan)
Dipercaya membidani Persiba adalah momen pertama Jaino Matos menjadi pelatih kepala. Seperti diketahui, sebelumnya sang juru taktik lebih concern di bidang fisik seperti saat bergabung bersama Persib Bandung dan Pusamania Borneo FC.
Reputasi Jaino Matos sebagai pelatih fisik tertular hingga ke arah strategi permainan Persiba di atas lapangan. Karakter keras dan full-power dari Beruang Madu cukup terlihat di laga perdana TSC 2016 meski mereka harus takluk dari Arema Cronus.
Karakter permainan keras Persiba arahan Jaino Matos kian terlihat di laga-laga selanjutnya. Bahkan keluhan sempat datang dari beberapa pelatih klub lawan yang menganggap tim Beruang Madu lebih menonjolkan kekuatan fisik yang berujung cederanya pemain di atas lapangan.
Perlahan tapi pasti, Jaino Matos mampu membuktikan anak asuhnya tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik semata. Dibantu sang kolega, Bima Sakti sebagai asisten pelatih, dirinya mengubah Beruang Madu menjadi tim yang sulit dipatahkan secara organisasi permainan.
Meski masih terbilang kurang konsisten, Jaino Matos harus diakui mampu mengubah gaya permainan Persiba terutama jika tampil di hadapan publiknya sendiri. Tercatat sudah 12 gol dari tujuh laga kandang Beruang Madu hingga berujung perolehan 14 poin.
Nama-nama seperti Heri Susanto, Kurniawan Karman, Rahel Radiansyah pun menjadi bahan polesan fisik dari Jaino Matos. Ketiganya kerapkali membuat lawan harus memeras keringat lebih banyak berkat daya eksplosif yang mereka tunjukkan di atas lapangan.
Terjemahan gaya samba Jaino Matos pun diaplikasikan dalam bentuk permainan Shohei Matsunaga. Seperti diketahui, saat ini sang penyerang sudah mampu mencetak tujuh gol untuk timnya dimana mayoritas diciptakan lewat skema bola mati dimana tentu merupakan hasil organisasi permainan dari Bima Sakti yang pernah populer sebagai pemain tengah Indonesia era 1990-an.
Konsistensi yang buruk di laga tandang tentunya masih menjadi pekerjaan besar bagi Jaino Matos di skuat Persiba. Begitu juga dengan karakter keras anak asuhnya yang bisa menjadi bumerang dimana saat ini Beruang Madu sudah memperoleh catatan empat kartu merah dan 43 kartu kuning dari wasit.